Saturday, May 26, 2012

Pengetahuan, Informasi dan Data


Apa yang kita tahu tentang pengetahuan? Terkadang banyak dari kita salah mempersepsikan pengetahuan sebagai sebuah informasi atau malah data. Banyak yang menganggap bahwa ketika kita sudah banyak membaca atau lulus dari pasca sarjana maka kita sudah memilki pengetahuan. Sesungguhnya anggapan itu tidak sebenarnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Membaca buku, mengikuti perkuliahan, dan tahapan pendidikan lainnya adalah sebuah pembelajaran, sebuah proses untuk mendapatkan informasi. Tetapi apakah informasi tersebut dapat diubah menjadi pengetahuan adalah hal yang berbeda.

Proses pengubahan informasi menjadi pengetahuan itulah yang sesungguhnya disebut dengan belajar. Yang kita lakukan tanpa disadari seringkali ialah hanya mengetahui informasi. Membaca buku, menghapalkan teori, mengerjakan soal ujian atau proses di dunia pendidikan lainnya banyak yang difokuskan untuk menumpuk informasi setinggi tingginya. Yang terjadi ialah kita kelebihan informasi dan tidak tahu mana prioritas informasi yang penting bagi diri sendiri. Pada akhirnya kita tenggelam dalam lautan informasi (information over flow)

Kenapa proses pendidikan yang selama ini kita lalui hanyalah menumpuk informasi? Kenapa kita bisa kelebihan informasi? Untuk menjawab itu, ada baiknya kita melihat definisi dari data, informasi dan pengetahuan. Menurut APQC, penjelasan data, informasi dan pengetahuan ialah data adalah gambaran apa yang terjadi bisa berupa deretan angka, gambar, grafik, atau foto. Informasi adalah data yang memiliki makna dan arti. Sedangkan pengetahuan ialah informasi yang dilakukan dan dipraktekkan sehingga memberikan nilai tambah pada pelakunya. Definisi menarik lainnya dikemukakan oleh Einstein. Knowledge is action, other than that is just information. As simple as it is.

Kata kunci yang membedakan antara informasi dan pengetahuan adalah action (tindakan). Analogi mudah untuk menggambarkan hal tersebut ialah memasak pasta. Sebagai seorang mahasiswa sekolah masak, kita dibekali dengan buku pintar memasak pasta setebal 5000 halaman. Bayangkan dengan buku setebal itu, kita akan mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan untuk memasak pasta. Empat tahun kita habiskan membaca buku tersebut. Hingga tiap bagian dihapal dan buku pintar itu hampir rusak karena seringnya kita bolak balik. Pada saat kelulusan dan bekerja di restoran Italia, sous chef (asisten chef kepala) menugaskan kita membuat pasta untuk pertama kalinya. Dilain pihak, seorang tukang cuci di restoran yang sama, dengan pendidikan seadanya juga diperintahkan membuat pasta. Tukang cuci itu hanya punya satu buku masak kecil dari perpustakaan daerah tetapi dengan bantuan chef lainnya, dia belajar membuat pasta ketika dapur restoran sudah kosong. Manakah pasta yang paling enak ? Mahasiswa dengan pengalaman 4 tahun membaca buku pintar 5000 halaman tentang pasta atau tukang cuci dengan background seadanya yang membaca buku resep sederhana dan mencobanya setiap malam ?

Banyak dari kita yang akan dengan cepat berkata bahwa tukang cuci yang mempraktekkan resep pasta sederhana yang akan membuat masakan lebih enak. Itulah esensi utama dari pengetahuan. Intinya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan informasi dan data yang tersedia menjadi suatu nilai tambah dengan menerapkannya dalam bentuk tindakan (action). Bukan menumpuk atau menghapalkan informasi. Kalau begitu buat apa kita sekolah dan membaca buku? Pertanyaan klasik yang sering muncul ketika kita bertemu kasus seperti ini.

Jawabannya ada pada definsi informasi dan pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan adalah informasi yang dipraktekkan dan dilakukan sehingga memiliki nilai tambah. Apakah kita bisa menambah pengetahuan jika kita tidak memiliki informasi ? Tentu saja tidak bisa karena informasi adalah syarat dasar mendapatkan pengetahuan. Bahkan tukang cuci yang pandai masak itupun butuh buku resep untuk memulai memasak pasta. Jadi, proses kuliah dan membaca yang kita lakukan bukan lah sia-sia. Kesalahan sebenarnya bukan pada informasi yang menumpuk di otak tetapi pada kelalaian mengubahnya menjadi pengetahuan dengan mempraktekkan dan mengembangkannya menjadi nilai tambah. Melakukan tindakan ialah kata kunci utama dari mendapatkan pengetahuan. Tanpa tindakan untuk mendalami informasi dari buku, sekolah, kuliah dan tahapan pendidikan lainnya, kita hanya akan bergerak di lautan informasi tanpa bisa mendapatkan apa-apa kecuali mengetahui dan bukan memahami pengetahuan.

Bukan informasi yang membuat perbedaan antara Negara maju dan Negara berkembang atau Negara miskin. Penguasaan dan proses transformasi informasi menjadi pengetahuan lah yang membuat nilai tambah. Informasi bisa didapatkan oleh semua orang, tetapi mengolah dan mensintesisnya menjadi suatu pengetahuan adalah asset sesungguhnya dari sebuah organisasi dan pribadi. Jadi, apa yang kita inginkan, data, informasi atau pengetahuan? Jika ingin data dan informasi silahkan menginap di perpustakan terbaik dunia atau ikut dalam kelas kuliah membahas teori di universitas terkemuka. Tetapi  jika menginginkan pengetahuan maka mulailah melakukan dan menerapkan informasi yang kita miliki. Karena sesungguhnya, pengetahuan adalah tindakan, dan itulah satu-satunya yang membedakan antara informasi dan pengetahuan.
  

2 comments:

  1. sangat termotivasi...
    terima kasih teman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Semoga tulisan yang lain juga bisa menginspirasi ya :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...