Tuesday, May 29, 2012

Structural Network vs Social Network

Menurut Anda, Apa yang pasti ada di semua organisasi formal maupun informal di seluruh dunia ?

Jawabannya adalah struktur organisasi. Minimal setiap organisasi pasti memiliki peran-peran yang berkaitan dengan tanggung jawab. Entah itu ketua, sekretaris, atau bahkan anggota. Mudahnya ialah kita lihat Negara. Ada presiden, wakil presiden, menteri, dan pejabat-pejabat lainnya. Bahkan di bentuk paling sederhana, keluarga misalnya. Ada ayah, ibu, anak. Semua peran tersebut memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan pastinya setiap tanggung jawab memiliki kekuasaan dan kekuatan.

Ketika kita berbicara tentang kekuasaan di organisasi, biasanya orang yang memiliki tanggung jawab dan kekuasaan paling besar ialah orang yang paling kompeten dan mampu di organisasi tersebut. Sebagai orang paling kompeten, maka seharusnya orang tersebut yang paling banyak dicari dan dibutuhkan oleh anggota organisasi lainnya. Contohnya di tempat kerja. Ketika mengerjakan tugas, orang yang paling kita harapkan ada untuk membantu pekerjaan ialah atasan kita karena dengan adanya atasan pekerjaan akan cepat selesai. Biasanya karena keputusan harus ada di tangan atasan atau memang atasan tersebut yang memiliki kompetensi paling baik. Sekali lagi, itulah yang seharusnya terjadi. Ada tingkatan-tingkatan yang secara normal harus kita lalui ketika menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Struktur dan tingkatan tersebut yang kita kenal sebagai structural network atau organization structure

Disini mulai menjadi menarik. Structural network seringkali tidak terjadi di organisasi. Terkadang ketika menyelesaikan pekerjaan atau melakukan sesuatu di organisasi, kita tidak berkomunikasi dengan atasan tersebut. Kita cenderung mencari orang lain yang menurut kita lebih nyaman dalam bekerjasama, berdiskusi, atau sekedar suka membantu. Mengapa ini bisa terjadi ? Jawabannya mudah, karena bukan seperti itulah cara kita berinteraksi dengan orang lain. Untuk hal tertentu memang kita membutuhkan atasan yang memiliki kekuasaan lebih besar, tetapi kita juga kadang memilih untuk diskusi dengan orang lain karena kita nyaman. Bisa saja karena atasan sibuk, bahasanya terlalu sulit dimengerti, atau bahkan hingga hal sepele seperti, atasan galak :). Inilah yang kerapkali terjadi di organisasi, khususnya di kantor. Ada beberapa orang yang sebenarnya sangat pintar tetapi karena menurut kita dia bukan orang yang enak diajak diskusi atau telalu sulit bahasanya sehingga kita lebih suka diskusi dengan orang lain yang kemampuannya biasa-biasa saja tapi bisa menjelaskan dengan lebih mudah. Kasus lainnya ialah ketika ada seorang yang entah karena alasan apa (biasanya karena terlalu sibuk atau kita sungkan karena perbedaan jenjang jabatan yang terlalu tinggi) kita ragu untuk bekerja dengannya. Padahal kita butuh bantuan orang tersebut dan pekerjaan tidak bisa selesai tanpa dia. Bagaimana penyelesaiannya ? Akhirnya kita mencari orang yang kira-kira bisa membantu kita untuk bertemu atau bekerja dengan orang penting itu.

Dua contoh kasus diatas memberikan gambaran lebih jelas bahwa ternyata dalam pelaksanaanya, struktur organisasi yang bertingkat berdasarkan peran itu tidak begitu saja menggambarkan bagaimana interaksi terjadi di organisasi. Ada banyak orang yang mungkin saja tidak memiliki jabatan tetapi sangat penting karena dia memiliki akses ke orang lain. Pada akhirnya penjelasan diatas memberikan kita definisi tentang apa yang kita kenal dengan social network.

Secara singkat, penjelasan tadi digambarkan sebagai berikut :

Dari gambar diatas kita bisa melihat bahwa organisasi yang awalnya sangat terstruktur, kaku, ada garis perintah dan koordinasi ternyata jika disajikan dalam bentuk social network akan terlihat seperti sebuah jaring acak yang menghubungkan satu sama lain. Jika sedikit lebih jeli, kita juga akan melihat bahwa ada beberapa orang yang diakses lebih banyak dari orang lain. Yang menarik pula ialah bahwa orang paling banyak diakses bukan hanya Senior Executive yang menempati tingkat paling tinggi, tetapi Sekretaris yang biasanya tidak terlalu dipandang perannya.

Dalam hal ini yang menjadi penting dalam organisasi, terlepas dari informal atau formal, bukan lagi kekuasaan, jabatan, atau kepintaran seseorang tetapi kemampuan melakukan akses dan diakses oleh orang lain. Its not “what you can control” but “what you can acces”. Social Network memfokuskan pembahasannya pada interaksi sosial antara anggota organisasi dan bagaimana proses interaksi terjadi. Itulah mengapa social network kerapkali disebut sebagai “organizational x-ray”. Pada aplikasinya, social networks digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
  • siapa pemimpin yang sebenarnya dalam organisasi ?
  • siapa yang memilliki akses ke orang-orang penting?
  • dimana terjadi penyempitan informasi ?
  • bagaimana jika orang penting tidak ada ?
  • bagaimana memaksimalkan pemimpin dalam social networks ?
  • bagaimana agar orang penting bisa lebih banyak diakses ?
  • bagaimana menghilangkan penyempitan informasi ?
  • bagaimana menghilangkan grup yang terisolasi ? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Social Network bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut salah satunya dengan memberikan gambaran visual social network yang terjadi dan serangkaian teknik analisis lainnya. Bidang yang membahas social network dan aplikasinya dalam organisasi kerap disebut Organizational Network Analysis (ONA). Kita akan membahas banyak contoh kasus dan aplikasi ONA di pembahasan selanjutnya.



0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...