Banyak
sekali referensi tentang bagaimana implementasi KM dilakukan dan tips-tips
untuk mensukseskannya. Akan tetapi, praktisi KM (KMers) tetap saja kesulitan
untuk memulai dan mensukseskan inisiatif KM di organisasi mereka. Untuk
membantu Anda, berikut ini 7 tips penting bagi keberhasilan KM Anda.
1. KM harus berdampak pada bisnis – Tidak
ada gunanya menerapkan KM jika tidak membantu bisnis. Kalimat itu yang selalu saya
katakan kepada siapapun yang tertarik dengan inisiatif KM. Tanpa hubungan yang
jelas dan terukur antara KM dengan tujuan bisnis, maka sebagus apapun strategi
dan tools KM, organisasi tetap akan menganggapnya sebagai pemborosan.
Salah satu
survey tentang KM mengatakan, “Aplikasi KM yang paling sukses dilakukan adalah
ketika KM diaplikasikan ketika bisnis dalam keadaan “hidup atau mati”. Dalam
keadaan tertekan tersebut, bisnis memerlukan terobosan agar tetap bertahan.
Selaras dengan hal ini, Tom Davenport mengatakan bahwa hubungan yang jelas
antara kinerja dengan aktivitas KM adalah kunci utama kesuksesan inisiatif KM.
Mars adalah salah satu yang sukses mengubah keadaan hidup atau mati menjadi
kesuksesan dengan menyelesaikan dua isu bisnis terbesar per tahun dengan
menggunakan KM.
Cara yang
paling sederhana untuk menghubungkan bisnis dengan KM adalah dengan menjawab
dua pertanyaan berikut: (1) tujuan
bisnis apa yang ingin dicapai? serta (2)
bagaimana memaksimalkan pengetahuan organisasi untuk mencapai tujuan bisnis
tersebut?
2. KM harus diaplikasikan secara lengkap – KM, sama seperti inisiatif bisnis lainnya, harus
diimplementasikan secara lengkap dan terstruktur. Kerangka pikir atau framework adalah keharusan. Dalam bentuk
yang paling sederhana, framework KM
terdiri dari keterlibatan karyawan dalam bentuk peranan (roles) yang jelas (people);
prosedur, tools dan proses yang mudah
digunakan (process); serta teknologi
yang mempercepat interaksi (technology).
Ketiga aspek tersebut diperkuat dengan pengendalian (governance) yang terintegrasi dengan bisnis.
Kesalahan yang paling
sering terjadi ialah organisasi merasa telah menjalankan KM padahal baru
memiliki satu aspek saja. Teknologi misalnya. Ketika portal sudah ada, internal chat tersedia atau repository dapat diakses, maka KM
dianggap sudah sukses. Teknologi bisa membantu KM tapi tidak akan mengalirkan
pengetahuan yang ada di organisasi. KM hanya memberikan manfaat jika seluruh
komponen framework (People, Process,
Technology, Governance) sudah tersedia dan berjalan.
3. KM harus bersifat Pull and Push – Konsep Pull and Push sangat sederhana. Pull berfokus untuk menciptakan kebutuhan dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung sedangkan Push bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang muncul dari efek Pull. Singkatnya, Pull menciptakan demand dan Push menyediakan supply.
Banyak
organisasi yang terlalu fokus pada Push
dan melupakan Pull. Tools, guideline, IT system, repository atau prosedur adalah beberapa
bentuk Push. Organisasi terkadang
lupa bahwa Pull (contohnya awareness, kemudahan akses, search engine atau dukungan dari
management) yang menciptakan demand.
Memberikan terlalu banyak Push, sama
saja memberikan makanan bintang lima ke orang yang baru saja makan 3 porsi
besar nasi. Seenak apapun makanan bintang lima tersebut, pasti akan ditolak
karena kekenyangan.
Ketika
memulai inisiatif KM, aktivitas Pull harus
lebih mendominasi. Dengan membuat demand
maka anda telah memulai pasar baru bernama Knowledge Management. Setelah
aktivitas berjalan dan kebutuhan meningkat, ubah fokus pada Push agar aktivitas KM terus berkembang.
4. KM adalah Perubahan Menyeluruh
– Mengimplementasikan
KM berarti Anda siap berkomitmen untuk melakukan review pada organisasi,
melakukan make over serta merubah
pola pikir. Jangan pernah berpikir Anda akan sukses menjalankan KM hanya dengan
install IT system baru atau mencoba-coba
Community of Practice (CoP). Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari KM
jika melakukannya dengan setengah hati.
Untuk
mengimplementasikan KM secara menyeluruh, Anda membutuhkan manajemen perubahan
(change management). Artinya, KM
tidak bisa dibuat sekaligus. Ada tahap demi tahap yang harus dilalui serta
mekanisme untuk mengukur perubahan yang memastikan tiap tahap telah tercapai. Change management dalam KM juga berarti
harus ada Pilot Project serta tim
khusus yang fokus mengawal proses perubahan tersebut
5. KM harus menyatu dengan bisnis – Jika KM tidak menyatu (embedded) dengan bisnis, maka Anda beresiko kembali ke keadaan sebelum KM diimplementasikan. Artinya, semua usaha yang sudah dikeluarkan akan sia-sia. Keadaan ini banyak sekali ditemukan dari organisasi yang menerapkan KM. Anda tidak bisa hanya mengharapkan tim KM dalam menjalankan aktivitas KM. Tim KM hanya bertugas untuk memastikan KM selaras dengan framework yang telah ditentukan serta memberikan support jika diperlukan. Agar tidak sia-sia, aktivitas KM harus dilakukan secara konsisten oleh divisi bisnis.
Tips
pertama untuk menyatukan KM dengan bisnis ialah dengan memasukkan aktivitas KM
dalam proses bisnis. BP menyatukan KM dalam bisnis dengan mewajibkan semua
project dimulai dengan Peer Assist,
melakukan After Action Review selama
project berjalan serta membuat lesson learned dengan Retrospect. Tips kedua ialah
dengan menyusun tugas dan tanggung jawab yang jelas. Shell membuat job description, objectives dan deliverables yang terukur untuk jabatan Knowledge Manager dan Subject Matter Experts. Masing-masing
jabatan tersebut juga di review secara normal, yaitu sebagai bagian dari proses
appraisal. Tips ketiga ialah memberikan penghargaan (reward) bagi yang melaksanakan dan sangsi (punishment) bagi yang tidak melaksanakan. Buckman Labs, perusahaan
yang menginspirasi MAKE Awards, menerapkan reward
and punishment secara konsisten. Melissie Rumizen, CKO di Buckman Labs dan
salah satu KM Guru, pernah berkata. “Kami memberikan penghargaan bagi KM. Jika
Anda melaksanakan KM, kami memberikan penghargaan dengan memberikan anda
kesempatan bekerja disini”.
6. KM tidak hanya butuh
dukungan top management, tetapi juga
harapan yang jelas –
Pada umumnya, karyawan mampu mengerjakan pekerjaannya. Sayangnya, terkadang
pekerjaan yang diberikan tidak memiliki harapan yang jelas. Pekerjaan
seringkali tidak memiliki hasil akhir yang pasti, selalu berubah ubah dan tidak
konsisten. Ketika karyawan merasa telah melakukan pekerjaan yang diminta,
ternyata harapan dari atasan atau klien berbeda. Perbedaan tersebut yang
membuat karyawan seakan akan tidak kompeten untuk pekerjaan tersebut.
Hal
yang sama terjadi dengan KM. Bentuk KM seringkali tidak jelas dan tidak
terbayangkan oleh karyawan. Mereka diharapkan melakukan KM sebagai bagian dari
pekerjaan, tetapi tidak ada indikator yang menyatakan bahwa KM telah
terlaksana. Sharing misalnya.
Praktisi KM selalu mengatakan pentingnya sharing
untuk peningkatan kinerja. Akan tetapi, karyawan jarang diberikan pemahaman
bagaimana kinerja dapat terbantu dengan sharing
dan seberapa banyak sharing harus
dilakukan sebelum berdampak pada kinerja. Pada kasus lain, harapan terhadap KM
dari top management kerap berubah. Apakah ketika karyawan telah mengikuti sesi
CoP dan melakukan AAR telah dianggap sebagai aktivitas KM? Jika iya, seberapa
banyak, bagaimana caranya, apa sangsi jika tidak melaksanakan, apa penghargaan
yang didapatkan?
Harapan
dapat tertulis maupun tidak tertulis. Harapan terhadap KM seringkali tidak
tertulis dan tidak berdampak pada penilaian terhadap karyawan tersebut. Jika
tidak ada harapan yang jelas dari manajemen serta karyawan tidak mendapatkan
dampak dari KM terhadap pekerjaan sehari harinya, pertanyaannya ialah mengapa
KM harus menjadi prioritas oleh karyawan? Harapan terhadap KM harus jelas dan
tertulis. Bentuk harapan diantaranya ialah indikator pelaksanaan, hasil akhir
dari proses (deliverables), standar minimum
pelaksanaan, review pencapaian, sangsi serta penghargaan.
7. KM harus digunakan pada pengambilan keputusan penting – Pada akhirnya, KM merupakan tools untuk memastikan perusahaan mengambil keputusan pada saat yang tepat dan menggunakan pengetahuan yang dibutuhkan. Dengan keputusan yang tepat, bisnis akan memberikan manfaat yang diharapkan. Pengambil keputusan bisa saja seorang operator lapangan, front line officer, QC supervisor, HSE Manager, atau Direktur Bisnis. Terlepas apapun jabatannya, KM akan sangat berguna bagi seluruh lapisan organisasi. Tetapi keterlibatan senior management akan memberikan hasil yang berbeda. Mereka mampu memberikan perubahan dan dampak yang besar terhadap bisnis. Ketika KM sudah menjadi acuan penting dalam pengambilan keputusan, maka titik itulah KM sebuah organisasi mencapai puncak kesuksesannya.
Bagaimana menurut Anda? Apakah organisasi tempat Anda sudah melakukan tips-tips diatas? Atau Anda memiliki tips atau pengalaman lain yang ingin dibagikan? Silahkan share pendapat Anda di form comment dibawah ini. Jangan lupa share juga artikel ini ke rekan atau kenalan Anda. Happy sharing :)
0 comments:
Post a Comment